Di tengah gemerlap perayaan Diwali di ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, India, sebuah video pendek memicu kehebohan di media sosial — menunjukkan tindakan ekstrem dan sangat berisiko. Di kota Lucknow, para pengguna mobil melakukan aksi menyalakan kembang api dari sunroof kendaraan yang sedang melaju, menimbulkan kritik luas dari publik dan sorotan aparat.
Menurut liputan dari beberapa media India:
Video berdurasi sekitar 20 detik menunjukkan sebuah mobil sedang melaju di daerah ramai di Lucknow, tepatnya di wilayah dekat King George’s Medical University (KGMU) Trauma Centre, kawasan Chowk.
Dari sunroof mobil tersebut, beberapa pria menaikkan tubuhnya sambil melempar atau menyalakan kembang api ke udara — satu ledakan terjadi kira-kira setiap dua detik.
Aksi itu berlangsung di jalan raya yang cukup sibuk, di malam perayaan Diwali, ketika lalu lintas dan pejalan kaki masih aktif.
Setelah video viral, pihak polisi setempat menyatakan telah menerima laporan dan sedang menyelidiki kejadian tersebut melalui rekaman CCTV dan identifikasi pelaku.
Reaksi publik terhadap video tersebut sangat kuat. Banyak netizen mengecam aksi yang disebut sebagai “potensi bencana” — karena risiko tinggi terhadap pengemudi, penumpang, serta pengguna jalan lainnya.
Dari sisi penegakan hukum:
Polisi lalu lintas dan unit Chowk Polisi di Lucknow menyatakan telah mencatat insiden tersebut dan akan mengimplementasikan tindakan hukum setelah identifikasi pelaku.
Hingga kini belum disebutkan secara publik apakah sudah ada penahanan atau denda yang dijatuhkan.
Nilai Keberanian vs. Kebodohan
Dalam rangka perayaan Diwali, kembang api memang umum dinyalakan, tetapi menyalakannya dari sunroof kendaraan yang bergerak adalah tindakan ekstrem dengan risiko sangat tinggi.
Kesempatan Media Sosial
Aksi tersebut kemungkinan besar dilakukan untuk dibagikan dan menjadi viral di media sosial. Tak sedikit yang menyebut alasannya demi populer di platform seperti Reels atau Shorts.
Keselamatan Publik Terancam
Begitu banyak faktor bahaya: kendaraan yang bergerak, sunroof terbuka, kembang api meluncur ke udara dan mungkin mengenai kendaraan lain atau pejalan kaki.
Tantangan Penegakan di India
Kasus ini muncul di tengah polemik yang lebih luas soal kebijakan penggunaan kembang api, polusi udara selama festival, serta perilaku individu yang mengabaikan keselamatan.
Berdasarkan hukum lalu lintas di India, berdiri atau keluar melalui sunroof saat kendaraan melaju adalah pelanggaran yang jelas karena membahayakan pengguna jalan dan pengemudi.
Penggunaan kembang api secara bebas di jalan raya yang aktif atau di area ramai bisa melanggar peraturan lokal tentang penggunaan bahan peledak dan kebisingan.
Potensi bahayanya meliputi:
Ledakan kembang api yang mengenai atap atau bagian kendaraan, bisa memicu kebakaran atau luka.
Gangguan bagi pengemudi lain yang bisa kehilangan kontrol akibat terganggu oleh cahaya atau ledakan.
Dampak terhadap pejalan kaki, kendaraan parkir, atau warga sekitar yang tidak terlibat pun bisa menjadi korban.
Di India, perayaan Diwali memang identik dengan lampu dan kembang api. Namun dua hal serius yang sering menjadi sorotan adalah:
Polusi Udara
Pekan perayaan kembang api sering memicu lonjakan polusi udara, terutama partikel berbahaya seperti PM2.5, di banyak kota besar India.
Budaya Stunt di Media Sosial
Banyak aksi menyalakan kembang api dilakukan demi konten viral, tanpa memperhatikan keselamatan. Kasus di Lucknow menjadi contoh paling mutakhir.
Insiden serupa juga pernah terjadi di kota lain seperti Gurugram, ketika beberapa pria menyalakan kembang api dari atap SUV yang bergerak. Fenomena ini menunjukkan bahwa tindakan ekstrem demi viral bukan hanya terjadi di satu kota saja, tetapi menjadi tantangan keselamatan yang meluas di berbagai wilayah India.
Menunjukkan bagaimana tradisi dan perayaan dapat berubah arah menjadi tindakan berbahaya apabila tidak disertai tanggung jawab.
Menyoroti perlunya penegakan hukum yang cepat agar efek jera terbentuk dan masyarakat lebih sadar bahwa “viral” bukan alasan untuk melanggar aturan.
Menjadi pengingat bahwa keselamatan umum harus diutamakan, terutama di kota padat seperti Lucknow.
Memberikan pelajaran bahwa media sosial bisa menjadi alat untuk edukasi, tapi juga bisa mendokumentasikan tindakan ilegal.
Untuk mencegah kejadian serupa, beberapa langkah dapat dipertimbangkan:
Pihak berwenang di kota seperti Lucknow perlu memperketat patroli di malam festival, terutama di jalan-jalan utama.
Kampanye kesadaran publik sebelum festival besar yang menekankan pentingnya keselamatan dan tanggung jawab sosial.
Penyediaan zona resmi untuk menyalakan kembang api, dengan pengawasan, jauh dari lalu lintas padat atau pemukiman.
Penggunaan media sosial sebagai alat edukasi: menampilkan video kejadian seperti ini bukan untuk hiburan semata, tapi sebagai pelajaran tentang risiko nyata.
Insiden di Lucknow menunjukkan betapa pentingnya mengedepankan keselamatan dalam setiap bentuk perayaan. Di tengah kemeriahan Diwali, tindakan yang dianggap “seru” atau “menarik” di media sosial bisa dengan mudah berubah menjadi bencana jika tidak diimbangi dengan akal sehat dan kesadaran hukum. Pemerintah, masyarakat, dan platform media sosial memiliki peran bersama untuk memastikan bahwa budaya viral tidak mengorbankan keselamatan publik.
Siapa yang tidak suka mie instan? Rasanya gurih, lezat, dan sangat mudah dibuat hanya dalam…
Mie merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Dengan cita rasa gurih, tekstur kenyal, serta…
Pameran industri olahraga terbesar di Indonesia, Indonesia Sport Facility Expo (ISFEX) 2025, siap digelar…
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong mengaku sangat sedih dengan kegagalan skuad Garuda lolos ke…
Selama ini, banyak dari kita mungkin berpikir bahwa bambu adalah pohon. Bentuknya yang menjulang tinggi,…
Kesehatan otak adalah kunci dari seluruh fungsi tubuh manusia. Setiap gerakan, pikiran, emosi, hingga sistem…