100 Hari Kerja Pramono Anung-Rano Karno Pimpin Jakarta hingga 40 Program Percepatan
Pramono Anung dan Rano Karno bersama jajaran pemerintahan DKI Jakarta dalam perayaan peluncuran 100 hari kerja dan 40 program percepatan di Balai Kota, Juni 2025.
100 Hari Kerja Pramono Anung-Rano Karno Pimpin Jakarta hingga 40 Program Percepatan Sejak dilantik sebagai pemimpin baru Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno langsung menggerakkan roda pemerintahan dengan cepat. Sebagai bentuk keseriusan mereka, keduanya meluncurkan 40 program percepatan dalam 100 hari kerja pertama. Oleh karena itu, masyarakat mulai menaruh harapan besar terhadap perubahan konkret yang bisa dirasakan. Secara aktif, pasangan ini terjun langsung ke lapangan untuk meninjau pelaksanaan berbagai kebijakan. Dengan demikian, mereka menunjukkan komitmen tinggi terhadap transparansi dan pelayanan publik. Bahkan, mereka tak segan melakukan evaluasi berkala agar program berjalan sesuai target. Melalui pendekatan kolaboratif, mereka melibatkan berbagai elemen masyarakat demi efektivitas kebijakan.
Di samping pembangunan fisik, Pramono dan Rano turut memperkuat layanan kesehatan sebagai bagian dari program prioritas. Untuk itu, mereka meningkatkan jumlah dan kualitas Puskesmas serta mendigitalisasi pelayanan kesehatan dasar. Akibatnya, antrean pasien berkurang drastis di banyak wilayah. Di sisi lain, mereka meluncurkan layanan kesehatan keliling untuk menjangkau warga di kawasan padat dan terpencil. Kemudian, mereka menambahkan program pemeriksaan kesehatan gratis rutin bagi lanjut usia. Melalui pendekatan proaktif ini, mereka berhasil menurunkan keluhan publik terkait pelayanan medis. Oleh karena itu, masyarakat merasakan manfaat langsung dari intervensi pemerintah. Bahkan, WHO sempat memuji inovasi digitalisasi pelayanan kesehatan Jakarta.
Sementara itu, sektor pendidikan tidak luput dari perhatian pemerintahan baru ini. Maka dari itu, mereka segera menambah ruang kelas dan memperbaiki fasilitas sekolah yang rusak. Di samping itu, mereka memperluas program beasiswa bagi siswa dari keluarga prasejahtera. Bahkan, mereka membentuk tim khusus untuk memastikan distribusi bantuan pendidikan tepat sasaran. Karena itu, angka partisipasi sekolah di jenjang SMP dan SMA mengalami peningkatan. Selanjutnya, mereka memperkuat literasi digital di sekolah negeri melalui pelatihan bagi guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan pelajar Jakarta menghadapi tantangan global turut meningkat. Dengan demikian, investasi pendidikan menjadi pilar utama pembangunan manusia Jakarta.
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi, pasangan pemimpin ini meluncurkan program UMKM Bangkit. Dalam program ini, mereka memberikan bantuan modal usaha dan pelatihan manajerial kepada pelaku UMKM. Akibatnya, ribuan usaha mikro kembali aktif beroperasi. Selain itu, mereka juga memfasilitasi kemitraan antara UMKM dan perusahaan besar. Dengan demikian, rantai pasok lokal menjadi lebih kuat dan mandiri. Tak hanya itu, mereka mempermudah perizinan usaha melalui platform digital yang terintegrasi. Oleh karena itu, waktu pengurusan izin berkurang dari minggu menjadi hari. Dengan strategi tersebut, pertumbuhan ekonomi rakyat kecil semakin terasa nyata di Jakarta.
Dalam menangani banjir, Pramono dan Rano mengadopsi pendekatan berbasis mitigasi dan adaptasi. Oleh karena itu, mereka mempercepat pengerukan sungai, revitalisasi waduk, serta pembangunan sumur resapan. Selanjutnya, mereka menambah sistem peringatan dini berbasis data cuaca dan sensor sungai. Dengan demikian, daerah rawan banjir bisa lebih siap menghadapi potensi genangan. Tidak hanya itu, mereka mengedukasi warga untuk menjaga saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan, mereka melibatkan relawan lingkungan dalam setiap kampanye kebersihan. Karena langkah-langkah ini, sejumlah titik banjir tahunan mengalami penurunan durasi dan intensitas. Maka dari itu, warga mulai merasakan dampak positif dari pengelolaan risiko bencana.
Selanjutnya, di sektor ketahanan pangan, pemerintah memperkuat kolaborasi dengan petani urban dan komunitas hidroponik. Karena itu, mereka membangun lahan pertanian kota di beberapa ruang terbuka hijau yang sebelumnya tak termanfaatkan. Di samping itu, mereka mengembangkan pasar tani yang langsung menghubungkan produsen dan konsumen. Dengan strategi ini, harga pangan pokok bisa ditekan sekaligus meningkatkan pendapatan petani kota. Bahkan, mereka mendorong konsumsi pangan lokal melalui kampanye gizi dan kuliner sehat. Oleh sebab itu, ketersediaan dan akses terhadap bahan pangan menjadi lebih stabil. Maka dari itu, Jakarta perlahan menjadi kota yang tangguh secara pangan di tengah dinamika global.
Tak ketinggalan, Pramono dan Rano juga menggalakkan program keadilan sosial bagi kelompok rentan. Oleh karena itu, mereka memperluas cakupan bantuan sosial dan memperbarui data penerima agar lebih akurat. Kemudian, mereka memfokuskan pada perlindungan anak, perempuan, penyandang disabilitas, dan lansia. Dengan strategi ini, mereka memastikan bahwa tidak ada warga yang tertinggal dalam pembangunan. Bahkan, mereka membentuk unit respon cepat untuk menangani kekerasan domestik dan kekerasan berbasis gender. Di samping itu, mereka menggandeng LSM lokal untuk memastikan layanan pendampingan berjalan efektif. Karena komitmen tersebut, indeks kesetaraan sosial di Jakarta menunjukkan tren membaik dalam waktu singkat.
Demi memperkuat fondasi birokrasi, Pramono dan Rano melakukan reformasi struktural di berbagai dinas. Untuk itu, mereka menempatkan ASN profesional berdasarkan kompetensi, bukan afiliasi politik. Sebagai hasilnya, kecepatan pelayanan publik meningkat dan keluhan masyarakat menurun. Di samping itu, mereka memperkenalkan sistem merit berbasis kinerja dan integritas. Bahkan, mereka mengembangkan dashboard evaluasi yang bisa diakses publik untuk memantau kinerja setiap SKPD. Oleh karena itu, budaya kerja yang transparan dan bertanggung jawab mulai terbentuk. Dengan cara ini, mereka menghapus stigma birokrasi lamban dan tertutup. Maka dari itu, Jakarta kini dikenal sebagai pionir reformasi birokrasi di tingkat daerah.