10 Potret Zaman Dulu Kabupaten Deli Serdang: Jejak Sejarah, Budaya, dan Kehidupan Masyarakat

Kabupaten Deli Serdang di Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan Selat Malaka membuat daerah ini sejak lama menjadi tempat pertemuan berbagai etnis dan peradaban. Pada zaman dulu, kehidupan masyarakat Deli Serdang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Kesultanan Deli, kolonial Belanda, serta perkembangan perkebunan tembakau yang sangat terkenal di kancah internasional.

Untuk mengenang jejak sejarah tersebut, berikut adalah 10 potret zaman dulu Kabupaten Deli Serdang yang memperlihatkan bagaimana wajah daerah ini di masa lampau.


1. Kesultanan Deli dan Istana Maimun

Potret pertama yang identik dengan sejarah Deli Serdang adalah kejayaan Kesultanan Deli yang berpusat di Medan. Walaupun Istana Maimun secara administratif kini masuk wilayah Kota Medan, pengaruh politik dan budaya Kesultanan Deli menyebar luas hingga ke Deli Serdang. Pada masa lalu, istana megah bergaya Melayu, India, dan Eropa ini menjadi simbol kekuasaan sekaligus pusat pemerintahan. Kehidupan masyarakat di sekitar Deli Serdang banyak dipengaruhi oleh tradisi kerajaan yang penuh dengan nilai adat istiadat Melayu.


2. Ladang Tembakau Deli yang Mendunia

Pada abad ke-19, Deli Serdang dikenal luas karena perkebunan tembakau Deli yang dikelola Belanda. Tembakau dari tanah Deli memiliki kualitas tinggi dan diekspor ke Eropa sebagai bahan cerutu kelas premium. Foto-foto lama memperlihatkan hamparan luas perkebunan tembakau dengan buruh tani yang bekerja di bawah pengawasan tuan kebun Belanda. Potret ini sekaligus menjadi saksi bagaimana kolonialisme Belanda memanfaatkan kekayaan alam Deli Serdang untuk kepentingan ekonomi mereka.


3. Rel Kereta Api Perkebunan

Seiring berkembangnya perkebunan, Belanda membangun rel kereta api khusus untuk mengangkut hasil bumi dari Deli Serdang menuju pelabuhan Belawan. Potret zaman dulu menunjukkan lokomotif uap yang melintas di tengah perkebunan dengan gerbong penuh muatan tembakau. Keberadaan jalur kereta api ini tidak hanya mempermudah distribusi hasil perkebunan, tetapi juga mempercepat modernisasi transportasi di wilayah Deli Serdang.


4. Kehidupan Masyarakat Melayu Tradisional

Sebelum modernisasi masuk, masyarakat asli Deli Serdang banyak yang tinggal di rumah-rumah panggung khas Melayu di tepi sungai. Potret lama menggambarkan bagaimana masyarakat menjalani kehidupan sederhana dengan mata pencaharian sebagai nelayan, petani padi, atau pengrajin. Sungai-sungai besar seperti Sungai Percut, Sungai Belumai, dan Sungai Ular menjadi urat nadi kehidupan. Perahu kayu tradisional menjadi transportasi utama sebelum jalan raya dibangun secara masif.


5. Etnis Tionghoa di Pusat Perdagangan

Selain etnis Melayu, Deli Serdang juga menjadi rumah bagi komunitas Tionghoa sejak era kolonial. Banyak orang Tionghoa yang bermigrasi untuk bekerja di perkebunan, lalu menetap dan membuka usaha perdagangan. Potret lama memperlihatkan deretan toko-toko kelontong di pasar tradisional yang dikelola oleh etnis Tionghoa. Keberadaan mereka turut membentuk wajah multikultural Deli Serdang hingga sekarang.


6. Jejak Buruh Jawa di Perkebunan

Kedatangan buruh kontrak dari Jawa atau yang dikenal dengan sebutan “kuli kontrak” adalah salah satu potret penting sejarah Deli Serdang. Mereka didatangkan oleh Belanda untuk bekerja di perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit. Foto-foto lama menunjukkan bagaimana kehidupan para buruh ini penuh keterbatasan, tinggal di barak-barak sederhana, namun menjadi fondasi bagi terbentuknya komunitas Jawa yang kini besar di Deli Serdang. Tradisi Jawa pun membaur dengan budaya Melayu setempat.


7. Pasar Tradisional Tempo Dulu

Potret kehidupan ekonomi masyarakat Deli Serdang di masa lalu dapat dilihat dari keberadaan pasar tradisional. Pasar-pasar seperti di Lubuk Pakam atau Tanjung Morawa sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Potret lama menampilkan suasana pasar dengan pedagang menjajakan hasil bumi seperti beras, ikan asin, sayuran, hingga kain tenun. Pasar menjadi pusat interaksi sosial antar-etnis Melayu, Jawa, Tionghoa, Batak, dan India.


8. Transportasi Tradisional: Delman dan Perahu

Sebelum kendaraan bermotor meluas, masyarakat Deli Serdang mengandalkan delman (andong) sebagai transportasi darat. Jalan-jalan tanah dipenuhi suara derap kuda yang menarik kereta. Sementara untuk jalur sungai, perahu kayu dengan layar sederhana masih digunakan. Potret lama ini menunjukkan bagaimana transportasi tradisional menjadi bagian dari keseharian masyarakat di masa lalu.


9. Sekolah Rakyat di Era Kolonial

Pendidikan pada zaman dulu masih sangat terbatas. Potret lama menunjukkan sekolah rakyat sederhana di pedesaan Deli Serdang. Bangunannya terbuat dari kayu dengan bangku seadanya. Murid-murid datang dengan pakaian sederhana, diajarkan baca tulis oleh guru yang sebagian besar berasal dari Jawa. Meski terbatas, pendidikan inilah yang menjadi awal berkembangnya generasi terdidik di Deli Serdang.


10. Tradisi Budaya dan Upacara Adat

Potret terakhir yang tidak bisa dilepaskan dari Deli Serdang adalah kekayaan tradisi budaya Melayu. Foto-foto lama memperlihatkan upacara adat seperti pernikahan Melayu dengan pakaian kebesaran berwarna emas, musik tradisional seperti gambus, hingga tari serampang dua belas yang dimainkan di halaman rumah panggung. Tradisi ini menjadi identitas kuat masyarakat Deli Serdang yang masih dilestarikan hingga kini.


Refleksi: Jejak Sejarah yang Membentuk Identitas

Sepuluh potret zaman dulu Kabupaten Deli Serdang ini menunjukkan bagaimana perjalanan sejarah daerah tersebut penuh warna. Dari kejayaan Kesultanan Deli, kolonialisme Belanda, multikulturalisme etnis, hingga tradisi adat yang masih terjaga. Semua itu menjadi fondasi bagi identitas Deli Serdang sebagai wilayah yang beragam namun tetap satu.

Potret-potret tersebut juga menjadi pengingat bahwa modernisasi dan pembangunan hari ini tidak lepas dari perjalanan panjang di masa lalu. Dengan memahami sejarah, generasi muda Deli Serdang dapat lebih menghargai warisan budaya sekaligus menjaga nilai-nilai kearifan lokal.

BY : PELOR

Update24

Recent Posts

4 Penyebab Tubuh Dapat Mengalami Alergi Dingin

Tdak seimua orang dapat menikmati udara, cuaca, atau suhu dingin. Selain menggigil karena kedinginan, beberapa…

2 hari ago

Apa Itu Tiket Dinamis Piala Dunia 2026 dan Mengapa Merugikan Suporter?

Tiket dinamis Piala Dunia 2026 mirip dengan mekanisme tiket pesawat atau hotel Tahap distribusi tiket…

2 hari ago

7 Manfaat Dahsyat Buah Belimbing untuk Kesehatan Tubuh

Buah belimbing, atau dikenal juga dengan nama star fruit karena bentuknya menyerupai bintang ketika dipotong…

2 hari ago

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Tambang Ilegal Batu Bara di IKN

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Kasus Tambang Ilegal Batu Bara Rp 5,7 T di…

2 hari ago

Analisis Saham PT Repower Asia Indonesia Tbk

Kami berkomitmen menghadirkan hunian dan proyek properti di lokasi strategis dengan standar kualitas tinggi, dirancang…

3 hari ago